PENDAHULUAN
Berkembangnya Teknologi Informasi dan Komunikasi memberi dampak terhadap
berbagai sendi kehidupan, termasuk terhadap dunia pendidikan memberi pengaruh
yang luar biasa.. Berbagai model pembelajaran dengan memanfaatkan komputer
seperti: e-learning (electronic learning) Computer Assisted Instruction (CAI),
Computer Based Instruction (CBI), dan e-teaching (electronic teaching). Model
pembelajaran tersebut memungkinkan dosen dan mahasiswa mencari bahan
pembelajaran sendiri langsung dari situs di internet melalui komputer sebagai
sumber belajar. Dengan memahami cara menggunakan komputer dosen dan mahasiswa
dapat mengakses bahan pembelajaran melalui jaringan intra dan internet, dan
melalui CD dapat mempelajari bahan pembelajaran secara interaktif dan menarik,
tanpa harus didampingi oleh seorang dosen secara langsung.
Perkembangan teknologi internet memberikan nuansa sistem belajar jarak jauh
yang lebih terbuka lagi. Sistem pembelajaran berbasis web yang populer dengan
sebutan electronic learning (e-learning), web-based training (WBT) atau kadang
disebut web-based education (WBE), kampus maya (Virtual Campus), m-learning
(mobile learning), dan lain-lain. Keunggulan belajar jarak jauh yang ditawarkan
oleh teknologi ini adalah akses ke sumber belajar semakin terbuka dan luas,
cepat dan tidak terbatas pada ruang dan waktu. Kegiatan pembelajaran dapat
dengan mudah dilakukan oleh dosen dan mahasiswa, kapan saja dan di mana saja
dengan rasa nyaman dan menyenangkan. Batasan ruang, waktu dan jarak tidak lagi
menjadi masalah rumit untuk dipecahkan. Melalui teknologi e-learning dosen dan
mahasiswa bisa melakukan konferensi, diskusi, konsultasi secara elektronik
(electronic conference) tanpa harus bertemu disuatu tempat.
Ada beberapa keunggulan pengembangan program pembelajaran melalui e-learning,
yaitu :
1. Sangat dinamis, program pembelajaran e-learning dapat disajikan dalam
berbagai format sajian yang menarik, atraktif dan interaktif.
2. Dioperasikan sepanjang waktu sehingga dosen dan mahasiswa dapat memperoleh
informasi materi/bahan pembelajaran yang diperlukan disaat memerlukannya.
3. Belajar secara individual, setiap mahasiswa dapat memilih format atau model
pembelajaran yang diinginkan dan yang lebih relevan dengan latar belakangnya
setiap saat.
4. Bersifat komprehensip, menyediakan berbagai bentuk kegiatan pembelajaran
dari berbagai sumber yang memungkinkan mahasiswa untuk memilih suatu format
atau metode belajar dan latihan yang disediakan.
Dengan beberapa keunggulan di atas, pengembangan layanan pembelajaran berbasis
e-learning untuk MKDP Kurikulum dan Pembelajaran di Universitas Pendidikan
Indonesia (UPI) diharapkan akan dapat meningkatkan akses pemerataan dan
meningkatkan mutu kinerja pembelajaran yang pada akhirnya dapat mempercepat
masa studi mahasiswa dan dapat meningkatkan mutu lulusannya.
Di samping itu, ilmu dan teknologi berkembang sangat pesat, hal ini membawa
implikasi terhadap penambahan bahan ajar yang harus disampaikan dosen kepada
mahasiswa. Semantara itu waktu yang tersedia bagi dosen dan mahasiswa untuk
bertatap muka di ruang kelas sangat terbatas. Hal ini mendorong perlu
dikembangkan sistem pembelajaran yang dapat melayani mahasiswa dalam jumlah
banyak, waktu yang diperlukan relatif sedikit, proses pembelajaran yang
fleksibel, namun bahan ajar dapat diserap cukup efektif.
Mencermati perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, khususnya teknologi
sistem pembelajaran jarak jauh (distance learning) yang memanfaatkan teknologi
internet dengan pembelajaran berbasis e-learning-nya, dapat membantu
memperpanjang waktu belajar mahasiswa meskipun tanpa harus didampingi oleh
dosen secara fisik. Teknologi internet dapat menjadi terobosan yang efektif
untuk mengatasi masalah hubungan antara dosen dan mahasiswa dalam mengolah
informasi bahan perkuliahan. Program sajian bahan perkuliahan yang menarik,
interaktif dan konstruktif dapat mendorong motivasi belajar yang kuat pada
mahasiswa, sehingga mereka dapat memmahasiswainya kapan dan dimana saja.
Salah satu kebijakan dan program yang ditetapkan dalan rencana stategis
(Renstra) Universitas Pendidikan Indonesia tahun 2005-2010 adalah mengembangkan
sistem belajar jarak jauh dengan memanfaatakan jaringan ICT yang
infrastrukturnya telah dibangun di lingkungan kampus. UPI mentargetkan sebanyak
10 program studi yang memanfatkan jaringan ICT untuk menyelenggarakan
perkuliahan dengan sistem e-learning.
Jaringan internet yang sudah dibangun di lingkungan kampus UPI baru merupakan
infra struktur untuk pembelajaran berbasis e-learning, dan itu tidak akan
berarti apa-apa tanpa disiapkan sumberdaya manusianya, baik sebagai pengembang
bahan ajarnya, sebagai penyelenggara, maupun tenaga untuk riset dan
pengembangannya.
Pembelajaran melalui e-learning menuntut dosen dan mahasiswa memiliki potensi
Attitude, Creativity, Knowledge, dan Skill (ACKS). Agar dapat memanfaatkan
teknologi internet dalam pembelajaran, dosen dan mahasiswa dituntut untuk
memiliki sikap positif terhadap teknologi tersebut, memiliki kreativitas yang
tinggi, memiliki pengetahuan yang memadai tentang teknologi informasi, dan
memiliki keterampilan dalam menggunakan komputer dan alat teknologi informasi
lainnya. Sekaitan dengan hal ini maka untuk menunjang pelaksanaan program
pembelajaran berbasis e-learning ini perlu disiapkan sumber daya manusianya
melalui program pelatihan e-learning.
Untuk menjamin kelancaran dan kesinambungan pelaksanaan program pembelajaran
berbasis e-learning ini perlu dibangun sistem pelayanan operasional yang baik,
sistem evaluasi dan monitoring serta riset dan pengembangan program yang
kotinu. Untuk itu, perlu dibentuk suatu tim pengembang yang solid dan
terkoordinasi yang terdiri dari pakar teknologi internet, pakar teknologi
pendidikan dan pakar ICT.
B. KAJIAN TEORITIS
1. Pembelajaran Berbasis WEB
Pembelajaran berbasis web yang populer dengan sebutan web-based training (WBT)
atau kadang disebut web-based education (WBE) dapat didefinisikan sebagai
aplikasi teknoloogi web dalam dunia pembelajaran untuk sebuah proses
pendidikan. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa semua pembelajaran dengan
memanfaatkan teknologi internet dan selama proses belajar dirasakan terjadi
oleh yang mengikutinya maka kegiatan itu dapat disebut sebagai pembelajaran
berbasis web.
Kemudian yang ditawarkan oleh teknologi ini adalah kecepatan dan tidak
terbatasnya pada tempat dan waktu untuk mrngakses informasi. Kegiatan belajar
dapat dengan mudah dilakukan oleh mahasiswa kapan saja dan di mana saja
dirasakan aman oleh mahasiswa tersebut. Batas ruang, jarak dan waktu tidak lagi
menjadi masalah yang rumit untuk dipecahkan.
Bagaimana cara belajar melalui web? Ada persyartan utama yang perlu dipenuh
yaitu adanya akses dengan sumber informasi melalui interet. Selanjutnya adanya
informasi tentang di mana letak sumber informasi yang ingin kita dapatkan
berada. Ada beberapa sumber data yang dapat diakses dengan bebas dan gratis,
tanpa proses adninistrasi pengaksesan yang rumit. Ada beberapa sumber informasi
yang hanya dapat diakses oleh pihak yang memang telah diberi otorisasi pemilik
sumber informasi.
Teknologi internet memberikan kemudahan bagi siapa saja untuk mendapatkan
informasi apa saja dari mana saja dan kapan saja dengan mudah dan cepat.
Informasi yang tersedia diberbagai pusat data diberbagai komputer di dunia.
Selama komputer-komputer tersebut saling terhubung dalam jaringan internet,
dapat kita akses dari mana saja. Ini merupakan salah satu keuntungan belajar
melalui internet.
Mewujudkan pembelajaran berbasis web bukan sekedar meletakan materi belajar
pada web untuk kemudian diakses melalui komputer web digunakan bukan hanya
sebagai media alternatif pengganti kertas untuk menyimpan berbagai dokumentasi
atau informasi. Web digunakan untuk mendapatkan sisi unggul yang tadi telah
diungkap. Keunggulan yang tidak dimiliki media kertas ataupun media lain.
Pada sub-bab judul sengaja dikatakan pembelajaran berbasis web itu unik tapi
serius. Kata serius dipakai untuk mengungkapkan bahwa merancang sampai dengan
mengimplementsikan pembelajaran berbasis web tidak semudah yang dibayangkan.
Selain infrastruktur internet, pembelajaran berbasis web memerlukan sebuah
model instruksional yang memang dirancang khusus untuk keperluan itu. Sebuah
model instruksional merupakan komponen vital yang menentukan keefektifan proses
belajar. Apapun model instruksional yang dirancang, interaktivitas antara
mahasiswa, dosen, pihak pendukung dan materi belajar harus mendapatkan
perhatian khusuus. Ini bukan merupakan pekerjaan yang mudah.
Banyak pihak mencoba menggunakan teknologi web untuk pembelajaran dengan
meletakan materi belajar secara online, lalu menugaskan mahasiswa untuk
mendaptkan (downloading) materi belajar itu sebagai tugas baca. Setelah itu
mereka diminta untuk mengumpulkan laporan, tugas dan lain sebagainya kembali ke
dosen juga melalui internet. Jika ini dilakukan tentunya tidaklah menimbulkan
proses belajar yang optimal.
Kita dapat membayangkan suasana di ruang kelas ketika sebuah “proses
pembelajaran” sedang berlangsung. Berapa banyak diantara mahasiswa aktif
terlibat dalam diskusi dan sesi tanya-jawab? Apa yang mereka dilakukan di
kelas? Dan tentunya masih banyak lagi pertanyaan-peranyaan lain yang sebenarnya
kita sudah mengetahui jawabannya. Monitoring proses dalam pembelajaran berbasis
web lebih sulit daripada di ruang kelas. Menyediakan bahan belajar online tidak
cukup. Diperlukan sebuah desain instruksional sebagai model belajar yang
mengundang sejumlah (sama banyaknya dengan kegiatan di ruang kelas) mahasiswa
unuk terlibat dalam berbagai kegiatan belajar.
Satu hal yang perlu diingat adalah bagaimana teknologi web ini dapat membantu
proses belajar. Untuk kepentingan ini materi belajar perlu dikemas berbeda
dengan penyampaian yang berbeda pula.
Sejarah teknologi informasi tidak dapat dilepaskan dari bidang pendidikan. Di
Amerika, TI mulai tumbuh dari lingkungan akademis (NSFNET), (Nerds 2.0.1).
Demikian halnya di Indonesia, TI mulai tumbuh di lingkungan akademis, seperti
di, ITB, UPI, UI dan Perguruan Tinggi lainnya.
Adanya TI atau Internet membuka sumber informasi yang tadinya susah diakses.
Akses terhadap sumber informasi bukan menjadi masalah lagi. Perpustakaan
merupakan salah satu sumber informasi yang mahal harganya. Adanya Jaringan TI
atau Internet memungkinkan seseorang di Indonesia untuk mengakses perpustakaan
di Amerika Serikat. Aplikasi telnet (seperti pada aplikasi hytelnet) atau
melalui web browser (Netscape dan Internet Explorer). Sudah banyak cerita
tentang pertolongan Internet dalam penelitian pendidikan, tugas akhir. Tukar
menukar informasi atau tanya jawab dengan pakar dapat dilakukan melalui
Internet. Tanpa adanya Internet banyak tugas akhir, thesis, dan disertasi yang
mungkin membutuhkan waktu yang lebih banyak untuk diselesaikan.
Kerjasama antar ahli dan juga dengan mahasiswa yang letaknya berjauhan secara
fisik dapat dilakukan dengan lebih mudah. Dahulu, seseorang harus berkelana
atau berjalan jauh untuk menemui seorang pakar untuk mendiskusikan sebuah
masalah. Saat ini hal ini dapat dilakukan dari rumah dengan mengirimkan email.
Makalah dan penelitian dapat dilakukan dengan saling tukar menukar data melalui
Internet, via email, ataupun dengan menggunakan mekanisme file sharring.
Bayangkan apabila seorang mahasiswa di Sumatera dapat berdiskusi masalah
kedokteran dengan seorang pakar di universitas terkemuka di pulau Irian.
Mahasiswa di manapun di Indonesia dapat mengakses para ahli atau dosen yang
terbaik di Indonesia dan bahkan di dunia. Batasan geografis bukan menjadi
masalah lagi.
Sharring information juga sangat dibutuhkan dalam bidang penelitian agar
penelitian tidak berulang (reinvent the wheel). Hasil-hasil penelitian di
perdosenan tinggi dan lembaga penelitian dapat digunakan bersama-sama sehingga
mempercepat proses pengembangan ilmu dan teknologi.
Distance learning dan virtual campus merupakan sebuah aplikasi baru bagi
Internet. Bahkan tak kurang pakar ekonomi Peter Drucker mengatakan bahwa
“Triggered by the Internet, continuing adult education may wll become our
greatest growth industry”. Virtual university memiliki karakteristik yang
scalable, yaitu dapat menyediakan pendidikan yang diakses oleh orang banyak.
Jika pendidikan hanya dilakukan dalam kelas biasa, berapa jumlah orang yang
dapat ikut serta dalam satu kelas? Jumlah peserta mungkin hanya dapat diisi 50
orang. Virtual university dapat diakses oleh siapa saja, darimana saja.
Dalam kegiatan pembelajaran berbasis web/e-learning dengan munculnya berbagai
software pendukung yang dapat digunakan untuk kepentingan pengembangan layanan
pembelajaran, sekarang ini para dosen dapat merancang/mendasain sistem
perkuliahan dengan berbasis pada e-learning, yaitu dengan menggunakan salah
satu bahasa pemrograman baik itu HTML, Pront Page, MySQL dan lainnya. Hal ini
dapat memberikan variasi dalam melakukan kegiatan pembelajaran. Seorang dosen
tidak harus selalu menjejali mahasiswa dengan informasi yang membosankan. Dengan
menggunkan Teknologi e-learning, seorang dosen dapat memanfaatkan komputer dan
internet sebagai suplemen, major resources ataupun total teaching, di mana
dosen hanya sebagai fasilitator dan mahasiswa dapat belajar dengan berbasis
indiviudal learning baik dengan menggunakan model web Course, Web Centric
Course maupun menggunkan model Web Enhanced Course.
Dalam penerapan layanan pembelajaran berbasis e-learning seorang dosen dapat
menggunakan model penerapan pembelajaran berbasis e-learning baik itu berupa selective
model (bila jumlah komputer hanya 1 unit), sequential model (bila jumlah
komputer hanya 2 atau 3 unit), Static Station Model (jumlah komputer terbatas
dan melibatkan penggunaan sumber belajar lain), dan laboratory model (model ini
digunakan jika tersedia sejumlah komputer di lab yang dilengkapi dengan
jaringan internet)
1. e-Learning
Menurut Jaya Kumar C. Koran (2002), e-learning adalah pembelajaran yang
menggunakan rangkaian elektronik (LAN, WAN, atau internet) untuk menyampaikan
isi pembelajaran, interaksi, atau bimbingan. Adapula yang menafsirkan
e-learning sebagai bentuk pendidikan jarak jauh yang dilakukan melalui media
internet. Sedangkan Dong (dalam Kamarga, 2002) mendefinisikan e-learning
sebagai kegiatan belajar asynchronous melalui perangkat elektronik komputer
yang memperoleh bahan belajar yang sesuai dengan kebutuhannya. Atau e-learning
didefinisikan sebagai berikut: e-Learning is a generic term for all
technologically supported learning using an array of teaching and learning
tools as phone bridging, audio and videotapes, teleconferencing, satellite
transmissions, and the more recognized web-based training or computer aided
instruction also commonly referred to as online courses (Soekartawi, Haryono
dan Librero, 2002).
Rosenberg (2001) menekankan bahwa e-learning merujuk pada penggunaan teknologi
internet untuk mengirimkan serangkaian solusi yang dapat meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan. Hal ini senada dengan Cambell (2002), Kamarga
(2002) yang intinya menekankan penggunaan internet dalam pendidikan sebagai
hakekat e-learning. Bahkan Onno W. Purbo (2002) menjelaskan bahwa istilah “e”
atau singkatan dari elektronik dalam e-learning digunakan sebagai istilah untuk
segala teknologi yang digunakan untuk mendukung usaha-usaha pengajaran lewat
teknologi elektronik internet. Internet, Intranet, satelit, tape
recorder/audio/video, TV interaktif dan CD-ROM adalah sebahagian dari media
elektronik yang digunakan. Pembelajaran boleh disampaikan secara
‘synchronously’ (pada waktu yang sama) ataupun ‘asynchronously’ (pada waktu
yang berbeda). Materi pembelajaran yang disampaikan melalui media ini meliputi
teks, grafik, animasi, simulasi, audio dan video. Ia juga harus menyediakan
kemudahan untuk discussion group dengan bantuan profesional dalam bidangnya.
Perbedaan pembelajaran tradisional dengan e-learning yaitu kelas ‘tradisional’,
dosen dianggap sebagai orang yang serba tahu dan ditugaskan untuk menyalurkan
ilmu pengetahuan kepada mahasiswanya. Sedangkan di dalam pembelajaran berbasis
e-learning fokus utamanya adalah mahasiswa. Mahasiswa belajar mandiri pada
waktu tertentu dan bertanggung-jawab untuk pembelajarannya. Suasana
pembelajaran berbasis e-learning akan ‘memaksa’ mahasiswa memainkan peranan
yang lebih aktif dalam pembelajarannya. Mahasiswa membuat rencana dan mencari
bahan belajari dengan usaha, dan inisiatif sendiri.
Khoe Yao Tung (2000) mengatakan bahwa setelah kehadiran dosen dalam arti
sebenarnya, internet akan menjadi suplemen dan komplemen dalam menjadikan wakil
dosen yang mewakili sumber belajar yang penting di dunia.
Cisco (2001) menjelaskan filosofis e-learning sebagai berikut. Pertama,
e-learning merupakan penyampaian informasi, komunikasi, pendidikan, pelatihan
secara on-line. Kedua, e-learning menyediakan seperangkat alat yang dapat
memperkaya nilai belajar secara konvensional (model belajar konvensional,
kajian terhadap buku teks, CD-ROM, dan pelatihan berbasis komputer), sehingga
dapat menjawab tantangan perkembangan globalisasi. Ketiga, e-learning tidak
berarti menggantikan model belajar konvensional di dalam kelas, tetapi
memperkuat model belajar tersebut melalui pengayaan content dan pengembangan
teknologi pendidikan. Keempat, Kapasitas mahasiswa amat bervariasi tergantung
pada bentuk isi dan cara penyampaiannya. Makin baik keselarasan antar conten
dan alat penyampai dengan gaya belajar, maka akan lebih baik kapasitas
mahasiswa yang pada gilirannya akan memberi hasil yang lebih baik. Sedangkan
Karakteristik e-learning, antara lain. Pertama, Memanfaatkan jasa teknologi
elektronik; di mana dosen dan mahasiswa, mahasiswa dan sesama mahasiswa atau
dosen dan sesama dosen dapat berkomunikasi dengan relatif mudah dengan tanpa
dibatasi oleh hal-hal yang protokoler. Kedua, Memanfaatkan keunggulan komputer
(digital media dan computer networks). Ketga, Menggunakan bahan ajar bersifat
mandiri (self learning materials) disimpan di komputer sehingga dapat diakses
oleh dosen dan mahasiswa kapan saja dan di mana saja bila yang bersangkutan
memerlukannya. Keempat, Memanfaatkan jadwal pembelajaran, kurikulum, hasil
kemajuan belajar dan hal-hal yang berkaitan dengan administrasi pendidikan
dapat dilihat setiap saat di komputer. Untuk dapat menghasilkan e-learning yang
menarik dan diminati, Onno W. Purbo (2002) mensyaratkan tiga hal yang wajib dipenuhi
dalam merancang elearning, yaitu: sederhana, personal, dan cepat. Sistem yang
sederhana akan memudahkan mahasiswa dalam memanfaatkan teknologi dan menu yang
ada, dengan kemudahan pada panel yang disediakan, akan mengurangi pengenalan
sistem e-learning itu sendiri, sehingga waktu belajar peserta dapat
diefisienkan untuk proses belajar itu sendiri dan bukan pada belajar
menggunakan sistem e-learning-nya. Syarat personal berarti pengajar dapat
berinteraksi dengan baik seperti layaknya seorang dosen yang berkomunikasi
dengan murid di depan kelas. Dengan pendekatan dan interaksi yang lebih
personal, mahasiswa diperhatikan kemajuannya, serta dibantu segala persoalan
yang dihadapinya. Hal ini akan membuat mahasiswa betah berlama-lama di depan
layar komputernya. Kemudian layanan ini ditunjang dengan kecepatan, respon yang
cepat terhadap keluhan dan kebutuhan mahasiswa lainnya. Dengan demikian
perbaikan pembelajaran dapat dilakukan secepat mungkin oleh pengajar atau
pengelola.
A. Teknologi Pendukung E-Learning
Dalam prakteknya e-learning memerlukan bantuan teknologi. Karena itu dikenal
istilah: computer based learning (CBL) yaitu pembelajaran yang sepenuhnya
menggunakan komputer; dan computer assisted learning (CAL) yaitu pembelajaran
yang menggunakan alat bantu utama komputer.
Teknologi pembelajaran terus berkembang. Namun pada prinsipnya teknologi
tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu: Technology based learning dan
Technology based web-learning. Technology based learning ini pada prinsipnya
terdiri dari Audio Information Technologies (radio, audio tape, voice mail
telephone) dan Video Information Technologies (video tape, video text, video
messaging).
Sedangkan technology based web-learning pada dasarnya adalah Data Information
Technologies (bulletin board, Internet, e-mail, tele-collaboration).
Dalam pelaksanaan pembelajaran sehari-hari, yang sering dijumpai adalah
kombinasi dari teknologi yang dituliskan di atas (audio/data, video/data,
audio/video). Teknologi ini juga sering di pakai pada pendidikan jarak jauh
(distance education), dimasudkan agar komunikasi antara murid dan dosen bisa
terjadi dengan keunggulan teknologi e-learning ini.
Di antara banyak fasilitas internet, menurut Onno W. Purbo (1997), “ada lima
aplikasi standar internet yang dapat digunakan untuk keperluan pendidikan,
yaitu email, Mailing List (milis), News group, File Transfer Protocol (FTC),
dan World Wide Web (WWW)”.
Sedangkan Rosenberg (2001) mengkatagorikan tiga kriteria dasar yang ada dalam
e-learning. Pertama, e-learning bersifat jaringan, yang membuatnya mampu
memperbaiki secara cepat, menyimpan atau memunculkan kembali, mendistribusikan,
dan sharing pembelajaran dan informasi. Kedua, e-learning dikirimkan kepada
pengguna melalui komputer dengan menggunakan standar teknologi internet.
Ketiga, e-learning terfokus pada pandangan pembelajaran yang paling luas,
solusi pembelajaran yang menggungguli paradikma tradisional dalam pelatihan.
Ada beberapa alternatif paradigma pendidikan melalui internet ini yang salah
satunya adalah system “dot.com educational system” (Kardiawarman, 2000).
Paradigma ini dapat mengitegrasikan beberapa system seperti, Pertama, paradigma
virtual teacher resources, yang dapat mengatasi terbatasnya jumlah dosen yang
berkualitas, sehingga mahasiswa tidak haus secara intensif memerlukan dukungan
dosen, karena peranan dosen maya (virtual teacher) dan sebagian besar diambil
alih oleh system belajar tersebut. Kedua, virtual school system, yang dapat
membuka peluang menyelenggarakan pendidikan dasar, menengah dan tinggi yang
tidak memerlukan ruang dan waktu. Keunggulan paradigma ini daya tampung
mahasiswa tak terbatas. Mahasiswa dapat melakukan kegiatan belajar kapan saja,
dimana saja, dan darimana saja. Ketiga, paradigma cyber educational resources
system, atau dot com leraning resources system. Merupakan pedukung kedua
paradigma di atas, dalam membantu akses terhadap artikel atau jurnal elektronik
yang tersedia secara bebas dan gratis dalam internet.
Penggunaan e-learning tidak bisa dilepaskan dengan peran Internet. Menurut
Williams (1999). Internet adalah ‘a large collection of computers in networks
that are tied together so that many users can share their vast resources’.
B. Pengembangan Model e-Learning
Pendapat Haughey (1998) tentang pengembangan e-learning. Menurutnya ada
tiga kemungkinan dalam pengembangan sistem pembelajaran berbasis internet,
yaitu web course, web centric course, dan web enhanced course.
Web course adalah penggunaan internet untuk keperluan pendidikan, yang mana
mahasiswa dan dosen sepenuhnya terpisah dan tidak diperlukan adanya tatap muka.
Seluruh bahan ajar, diskusi, konsultasi, penugasan, latihan, ujian, dan
kegiatan pembelajaran lainnya sepenuhnya disampaikan melalui internet. Dengan
kata lain model ini menggunakan sistem jarak jauh.
Web centric course adalah penggunaan internet yang memadukan antara belajar
jarak jauh dan tatap muka (konvensional). Sebagian materi disampikan melalui
internet, dan sebagian lagi melalui tatap muka. Fungsinya saling melengkapi.
Dalam model ini dosen bisa memberikan petunjuk pada mahasiswa untuk
memmahasiswai materi perkuliahan melalui web yang telah dibuatnya. Mahasiswa
juga diberikan arahan untuk mencari sumber lain dari situs-situs yang relevan.
Dalam tatap muka, mahasiswa dan dosen lebih banyak diskusi tentang temuan
materi yang telah dimahasiswai melalui internet tersebut.
Web enhanced course adalah pemanfaatan internet untuk menunjang peningkatan
kualitas pembelajaran yang dilakukan di kelas. Fungsi internet adalah untuk
memberikan pengayaan dan komunikasi antara mahasiswa dengan dosen, sesama
mahasiswa, anggota kelompok, atau mahasiswa dengan nara sumber lain. Oleh
karena itu peran dosen dalam hal ini dituntut untuk menguasai teknik mencari
informasi di internet, membimbing mahasiswa mencari dan menemukan situs-situs
yang relevan dengan bahan perkuliahan, menyajikan materi melalui web yang
menarik dan diminati, melayani bimbingan dan komunikasi melalui internet, dan
kecakapan lain yang diperlukan.
C. HASIL PENELITIAN
Berdasarkan hasil penelitian tentang program layanan pembelajaran berbasis
e-learning untuk Pemerataan akses dan Peningkatan Mutu Pendidikan di
Universitas Pendidikan Indonesia dapat dijelaskan sebagai berikut:
Pengembangan layanan pembelajaran berbasis e-learning dapat dilakukan
melalui beberapa model yaitu model Web Course, Web Centric Course maupun
menggunkan model Web Enhanced Course. Dalam penerapan layanan pembelajaran
berbasis e-learning seorang dosen dapat menggunakan model penerapan
pembelajaran berbasis e-learning baik itu berbentuk selective model (bila
jumlah komputer hanya 1 unit), sequential model (bila jumlah komputer hanya 2
atau 3 unit), Static Station Model (jumlah komputer terbatas dan melibatkan
penggunaan sumber belajar lain), dan laboratory model (jika tersedia sejumlah
komputer di laboratorium yang dilengkapi dengan jaringan internet)
Secara lebih rinci hasil penelitian adalah sebagai berikut:
Sekaitan dengan sajian isi dan penggunaan program e-learning yang dikembangkan,
para dosen berpandangan sebagai berikut:
1. Software yang dikembangkan sebaiknya menyajikan informasi/paparan tentang :
a. Tujuan/Kompetensi yang ingin dicapai (89.3%);
b. Paparan materi secara rinci (85.7%);
c. Tugas dan latihan-latihan yang harus dilakukan (78.6%);
d. Soal-soal tes yang harus dikerjakan (57.1%);
e. Umpan balik dari tugas/latihan dan tes (75%);
f. Sumber bacaan sebagai pelengkap (71.4%);
g. Program, website atau situs yang bisa di-link (82.1%).
2. Paparan disajikan dalam bahasa yang lugas/populer (75%)
3. Bahasa yang digunakan dalam paparan e-learning sebaiknya singkat dan jelas
(92.9%).
4. Sajian program dipilah-pilah berdasarkan tujuan/kompetensi yang diharapkan
(89.3%).
5. Paparan Materi, tugas/latihan dan tes dipilah-pilah sesuai dengan
tujuan/kompetensi yang diharapkan (89.3%).
6. Paparan materi disajikan dan diikuti oleh kegiatan praktek, tugas/latihan
dan tes (71.4%).
7. Sajian materi disekaliguskan, demikian pula dengan tugas/ latihan dan tes
(60.7%).
8. Untuk paparan materi, huruf yang digunakan sederhana/jelas daripada huruf
yang bernuans seni/ribet (60.7%).
9. Warna yang digunakan dalam sajian program cenderung lebih disukai warna yang
kalem/ cold daripada yang ngejreng/spotlight (42.9%).
10. E-learning yang dikembangkan perlu dilengkapi dengan unsur-unsur yang
gambar/picture yang menarik dan membangkitkan motivasi (60.7%).
11. Untuk Judul/headline,huruf yang digunakan sederhana/jelas daripada huruf
yang bernuansa seni/ribet (60.7%).
12. Petunjuk/ tanda-tanda/ icon harus jelas dan berlaku umum (89.3%).
13. Penggunaan gambar/ilsutrasi harus seimbang, tidak lebih banyak dibanding
tulisan (50%).
14. E-learning harus dapat menyajikan informasi tentang ketercapaian tujuan/
komptensi yang diraih diperoleh pengguna (92.9%).
15. Diperlukan umpan balik bagi pengguna tentang apa yang telah dilakukan/dikerjakannya
(71.4%).
16. e-learning sebaiknya dikembangkan dengan model yang mudah dipahami (42.9%).
Hasil ujicoba terbatas yang dilakukan terhadap dosen MKDP Kurikulum dan
Pembelajaran dalam memberikan penilaian terhadap program e-learning diperoleh
hasil bahwa terdapat beberapa aspek yang dapat dikategorikan baik, sedangkan
aspek lainnya pada kategori cukup. Aspek yang dikategorikan sudah baik, yaitu:
perumusan tujuan, tugas-latihan, soal/tes, penggunaan bahasa, penggunaan huruf,
strategi yang dikembangkan, dan kesinambungan antar komponen pembelajaran.
Sedangkan aspek yang dikategorikan cukup adalah aspek paparan materi,
soal-latihan-tes, umpan balik, warna, musik, suara, icon, dan keterpahaman
mahasiswa terhadap materi yang disajikan dalam e-learning.
Setelah dilakukan revisi terhadap program e-learning tersebut, hasil ujicoba
lapangan/validasi yang dilakukan di Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan
FIP UPI dengan jumlah peserta 20 orang. dapat dijelaskan pada tabel 1.2 Setelah
dilakukan beberapa perbaikan sebagaimana penilaian pada ujicoba terbatas,
terlihat ada beberapa penilaian yang meningkat. Aspek-aspek yang tadinya
dianggap pada kategori kurang dan cukup meningkat menjadi kategori baik.
Beberapa aspek yang meningkat menjadi kategori baik sudah mencapai 12 aspek
dari 18 aspek yang menjadi bahan penilaian, artinya 66.67% dari seluruh aspek
yang dinilai dikategorikan baik dan 33.33% dikategorikan cukup. Beberapa aspek
yang masih perlu dilakukan perbaikan antara lain dalam penggunaan warna, musik,
suara, ilustrasi, effect, dan icon/ petunjuk.
Tabel 1
Penilaian Dosen MKDP Kurikulum dan Pembelajaran
terhadap Program E-Learning pada Ujicoba Lapangan/Validasi
NO. ASPEK YANG DINILAI JAWABAN RESPONDEN (dalam %)
KURANG CUKUP BAIK
1. Komponen-komponen pembelajaran yang disajikan dalam web e_learning mata
kuliah Kurikulum dan Pembelajaran.
a. Tujuan/ Kompetensi 0 10 90
b. Paparan materi 5 40 55
c. Tugas dan latihan-latihan 5 35 60
d. Soal latihan/ tes 0 25 75
e. Umpan balik dari tugas/ latihan dan tes. 0 40 60
f. Sumber bacaan pelengkap. 20 30 50
g. Keinteraktifan. 20 30 50
2. Penggunaan atau pemakaian unsur-unsur grafis dan pendukung dalam tampilan
web e-learning
a. Bahasa 0 10 90
b. Warna. 5 55 40
c. Musik. 15 85 0
d. Huruf 0 35 65
e. Gambar/ ilustrasi 20 50 30
f. Suara 15 80 5
g. Effect 10 60 30
h. Icon/ petunjuk 30 60 10
3. Strategi yang digunakan dalam penyajian masing-masing komponen dalam
e-learning yang dikembangkan. 5 45 55
4. Kesinambungan antara unsur-unsur pembelajaran yang ada dalam program
e-learning, seperti: tujuan, materi, strategi, dan evaluasi. 0 40 60
5. Pemanfaatan dan penggunaan web e_learning yang telah dikembangkan dalam
meningkatkan kemampuan mahasiswa mencapai tujuan perkuliahan MKDP Kurikulum dan
Pembelajaran. 0 40 60
D. PEMBAHASAN
Secara umum pengembangan layanan pembelajaran berbasis e-learning yang telah
dikembangkan melalui beberapa tahapan dan ujicoba dinilai oleh dosen sebagai
suatu program e-learning yang dapat digunakan untuk memfasilitasi mereka dalam
pengembangan layanan pembelajaran berbasis e-learning untuk MKDP Kurikulum dan
Pembelajaran.
Sebagaimana kajian pustaka yang telah dikemukakan bahwa terdapat berbagai model
yang dapat dikembangkan dalam pembuatan dan pemanfaatan layanan pembelajaran
berbasis e-learning, yaitu:
Pertama, pengembangan layanan pembelajaran berbasis e-learning melalui Web
Course yaitu penggunaan e-learning untuk keperluan pendidikan, yang mana
mahasiswa dan dosen sepenuhnya terpisah dan tidak diperlukan adanya tatap muka.
Seluruh bahan ajar, diskusi, konsultasi, penugasan, latihan, ujian, dan
kegiatan pembelajaran lainnya sepenuhnya disampaikan melalui e-learning
(internet). Dengan kata lain model ini menggunakan sistem belajar jarak jauh
(SBJJ).
Kedua, Pengembangan layanan pembelajaran berbasis e-learning melalui Web
Centric Course yaitu penggunaan e-learning yang memadukan antara belajar jarak
jauh dan tatap muka (konvensional). Sebagian bahan perkuliahan disampikan
melalui e-learning, dan sebagian lagi melalui tatap muka. Fungsinya saling
melengkapi. Dalam model ini dosen bisa memberikan petunjuk pada mahasiswa untuk
mempelajari materi perkuliahan melalui web/situs di internet yang telah
dibuatnya. Mahasiswa juga diberikan arahan untuk mencari sumber lain dari
situs-situs yang relevan. Dalam tatap muka, mahasiswa dan dosen lebih banyak
diskusi tentang temuan materi yang telah dipelajari melalui e-learning
tersebut.
Ketiga, Pengembangan layanan pembelajaran berbasis e-learning melalui Web
Enhanced Course yaitu pemanfaatan e-learning untuk menunjang peningkatan
kualitas pembelajaran yang dilakukan di kelas. Fungsi e-learning adalah untuk
memberikan pengayaan dan komunikasi antara mahasiswa dengan dosen, sesama
mahasiswa, anggota kelompok belajar, atau mahasiswa dengan nara sumber lain.
Oleh karena itu peran dosen dalam hal ini dituntut untuk menguasai teknik
mencari informasi di internet, membimbing mahasiswa mencari dan menemukan
situs-situs yang relevan dengan bahan perkuliahan, menyajikan materi melalui
web (e-learning) yang menarik dan diminati, melayani bimbingan dan komunikasi
melalui e-learning, dan kecakapan lain yang diperlukan.
Model-model Pengembangan layanan pembelajaran berbasis e-learning tersebut
dapat dipilih sesuai dengan karakteristik dari kompetensi/tujuan pembelajaran
yang diharapkan dan sifat dari materi perkuliahan yang akan disajikan melalui
e-learning.
Para dosen menilai komponen-komponen sajian program e-learning sesuai dengan
komponen-komponen yang seharusnya dikembangkan dalam suatu program pembelajaran
berbasis e-learning, yakni berisi tujuan, pemaparan materi yang disajikan,
tugas dan latihan, soal/tes, dan sumber rujukan. Para dosen masih menilai cukup
(pada ujicoba terbatas) dan baik (pada ujicoba lapangan) tentang sumber
bacaan/rujukan pelengkap. Hal ini menunjukkan bahwa suatu program e-learning
memang sebaiknya dikembangkan dan menyajikan berbagai materi penunjang dan
pengalaman belajar lainnya sebagai penunjang dan pengayaan. Dengan demikian
mahasiswa akan banyak mempelajari berbagai hal yang dapat menunjang
ketercapaian tujuan/ kompetensi yang diharapkan. Penilaian para dosen yang
seperti ini juga menunjukkan bahwa mereka ingin memberikan pengalaman belajaran
yang terbaik dan lengkap di samping materi inti yang telah diajarkan.
Dari data pendukung yang diperoleh (dapat dilihat pada lampiran), bahwa
rata-rata waktu yang diperlukan oleh mahasiswa untuk mempelajari program
e-learning ini adalah 2 jam 30 menit. Hal ini berarti bahwa dengan menggunakan
e-learning ini dapat membantu mempercepat proses penyerapan informasi/materi
perkuliahan dibanding dengan proses peerkuliahan yang hanya tatap muka saja.
Dengan e-learning ini, dosen akan terbantu dalam meningkatkan kemampuannya,
baik dalam merancang bahan ajar yang dikembangkan maupun pengembangan desain
pembelajaran e-learning dengan menggunakan front page dan program software
MySQL dengan menggunakan bahasa dasar SQL untuk pengembangan sistem database
engine yang telah berkembang sejak pertengahan tahun 1996 sampai sekarang. Di
samping itu dengan menerapkan layanan pembelajaran berbasis e-learning pada
mata kuliah MKDP Kurikulum dan Pembelajaran dapat meningkatkan kapasitas dan
kualitas sarana dan prasarana pendukung yang digunakan dalam pembelajaran
berbasis e-learning di Universitas Pendidikan Indonesia sekaligus menyiapkan
SDM yang profesional dalam mengembangkan, mendesain, dan melakukan penelitian
dalam pengembangan layanan pembelajaran berbasis e-learning di Universitas
Pendidikan Indonesia.
E. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan yang dapat dirumuskan dari hasil penelitian dan pengembangan layanan
pembelajaran berbasis e-learning ini adalah:
1. Pengembangan layanan pembelajaran berbasis e-learning yang digunakan dalam
mata kuliah MKDP Kurikulum dan Pembelajaran dapat menggunakan model Web Course,
Web Centric Course, atau model Web Enhanced Course. Pengembangan layanan
pembelajaran berbasis e-learning tersebut dapat dipilih oleh dosen sesuai
dengan karakteristik dari kompetensi/tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan
dan sifat/karakteristik dari materi perkuliahan yang akan disajikan melalui
program e-learning.
2. Untuk dapat meningkatkan kemampuan dosen dalam mengembangkan desain bahan
ajar yang akan dikembangkan terlebih dahulu harus jelas apa tujuan atau
kompetensi yang akan dicapai dalam pengembangan pembelajaran berbasis
e-learning, karena tujuan adalah titik tolak pijakan untuk mengembangkan
rancangan bahan ajar yang akan disajikan dalam format e-learning. Hal ini akan
memudahkan dosen untuk dapat mensetting dan mendesain bahan perkuliahan yang
akan di-publish atau dimasukan ke dalam situs/program e-learning tersebut. Di
samping itu program layanan pembelajaran berbasis e-learning yang dapat
meningkatkan kemampuan dosen dalam mengembangkan desain bahan ajar meliputi
komponen-komponen sebagai ini:
a. Tujuan / Kompetensi.
b. Paparan materi.
c. Tugas dan latihan.
d. Soal-soal tes.
e. Umpan balik dari tugas/latihan dan tes.
f. Sumber bacaan/ rujukan.
3. Untuk dapat meningkatkan kemampuan dosen dalam mengembangkan desain bahan
ajar yang akan dikembangkan terlebih dahulu harus jelas bahasa pemrograman apa
yang akan digunakan dalam pengembangan pembelajaran berbasis e-learning apakah
front page, moodle, SAS, MySQL, atau software yang lainnya. Hal ini akan
memudahkan dosen untuk dapat mensetting dan mendesain bahan perkuliahan yang
akan di-publish atau dimasukan ke dalam situs/program e-learning. Program
layanan pembelajaran berbasis e-learning yang dapat meningkatkan kemampuan
dosen dalam mengembangkan disain pembelajaran yaitu dengan menggunakan berbagai
software pemrograman yang tidak terlalu komplek dan harus memenuhi format dan
beberapa kriteria sebagai berikut:
a. Format sajian dipilah-pilah untuk setiap tujuan/kompetensi, begitu pula
sajian materi, latihan, dan tes serta balikannya.
b. Bahasa yang digunakan adalah bahasa yang sederhana, populer, dan tidak
verbalistis.
c. Menggunakan warna yang cold, huruf yang jelas/ sederhana, dan icon-icon yang
baku serta menggunakan ilustrasi yang seimbang.
d. Menyajikan picture sebagai variasi dalam program yang digunakan
e. Program e-learning dirancang untuk dapat disajikan dalam website atau situs
yang bisa di-link dengan program yang lain dan menyajikan berbagai pilihan
seperti file dokumen, powerpoint dan sebagainya.
4. Untuk meningkatkan kapasitas dan kualitas sarana dan peralatan yang
digunakan untuk pengembangan bahan ajar berbasis e-learning yaitu harus
tersedianya komponen pendukung terhadap pelaksanaan pembelajaran berbasis
e-learning, yaitu adanya lab. komputer yang telah terpasang jaringan, sehingga
akan memudahkan penerapan program layanan pembelajaran berbasis e-learning,
peningkatan kualitas dan kuantitas laboratorium komputer yang ada di Direktorat
TIK (dulu UPINET) terutama penambahan daya tampung dan penambahan unit
komputer, sehingga mahasiswa secara leluasa mengakses internet untuk kegiatan
pembelajaran berbasis e-learning.
5. Penyiapkan sumberdaya untuk riset dan pengembangan pembelajaran berbasis
e-learning yaitu memerlukan SDM yang mampu melakukan:
a. Rekayasa dan pemodelan sistem/informasi (system/information engineering and
modeling). Karena software adalah bagian dari sistem yang lebih besar,
pekerjaan dimulai dari pembentukan kebutuhan-kebutuhan dari semua elemen sistem
dan mengalokasikan suatu subset ke dalam pembentukan software. Hal ini penting,
ketika software harus berkomunikasi dengan hardware, manusia, dan basis data.
Rekayasa dan pemodelan sistem layanan menekankan pada pengumpulan kebutuhan
pada level sistem dengan perancangan dan analisis.
b. Analisis kebutuhan software (software requirements analysis). Proses
pengumpulan kebutuhan diintensifkan ke software, harus dapat dibentuk
konten/informasi, fungsi yang dibutuhkan dan performance. Hasilnya harus
didokumentasikan dan diriview.
c. Desain (design). Proses desain mengubah kebutuhan-kebutuhan menjadi bentuk
karakteristik yang dimengerti software sebelum dimulai penulisan program.
d. Penulisan program (coding). Desain harus diubah menjadi bentuk yang
dimengerti oleh komputer. Maka dilakukan penulisan program.
e. Testing. Setelah kode program selesai dibuat, program dapat berjalan.